Pages

Jumat, 01 Agustus 2014

"Aku Mencintaimu"





Jum'at pagi, aku harus tergesa-gesa. Merapikan tumpukan kitabku, memindahkannya dari rak buku ke dalam ransel hitam. Baru beberapa hari Idul Fitri, aku harus segera mengisi waktu dengan agenda wajib, ialah halaqah. Tiga jam dalam satu minggu, dibuka dengan halaqah Kitab Muqawwimat (Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah), lalu dua jam berikutnya dilanjutkan dengan halaqah kitab Nizhamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam).


Entahlah.. Hari ini rasa yang berbeda itu menari-nari dalam benakku. Sepanjang perjalanan aku membayangkan mata bulat dan gaya bicaranya. Sosok yang selama delapan bulan telah berhasil menginspirasiku. Mengajarkan begitu banyak ilmu, dengan segenap kemampuan dan semangatnya. Sosok yang pertama kali aku mengenalnya dengan malu-malu.. Ialah Arini Fitri Aprila. Biasanya aku memanggilnya dengan Teh Arin .Muslimah dengan perawakan tinggi, berkulit hitam manis, dan yang tak pernah aku lupa adalah sorot matanya, serta gerak jemarinya yang sering ia tempelkan di dahi.

Hari ini memang hari yang aku tunggu-tunggu.. Namun, rasanya aku pun tak kuasa untuk berhadapan dengan hari ini. Ada dilema yang sepertinya tak tega untuk menyayat hati, sebab aku harus berhadapan dengan sebuah perpisahan. Kenyataan terpahit, berpisah dengan orang yang jujur telah membuatku jatuh hati.

Aku tidak sendiri untuk menikmati waktu yang ke depannya mungkin tidak bisa dinikmati seperti ini. Bersama Diyan dan Ikah, aku akan menatap Teh Arin dengan puasnya. Meresapi setiap perkataan dan pesan-pesan yang akan beliau sampaikan.

Ah, seperti tertusuk duri mawar, sakit, namun setelah itu bisa aku hirup semerbak wanginya. Seperti itulah hatiku... Berhadapan dengan sebuah perpisahan, lalu secara bersamaan pula aku harus berhadapan dengan rasa ikhlas. Padahal baru saja aku temukan kebahagiaan dari sosoknya, namun rupanya ujian itu adalah kebahagiaan itu sendiri..

Namun, bagiku juga bagi teman-teman satu halaqahku.. Ini bukanlah akhir dari segalanya. Perpisahan ini pun bukanlah akhir dari segalanya. Perpisahan ini yang akan mendewasakan kita, perpisahan ini pula sebagai langkah awal bagaimana kelak kita di waktu-waktu mendatang..

Sudah cukup, tidak perlu aku jabarkan banyak kata-kata. Bagiku hari sederhana.. semunya akau rangkum dalam satu kalimat "Aku mencintaimu"..

Oh ya, satu lagi.. Segala tentangmu, tentang kita, aku rapihkan semua itu di dalam ingatan bernama "kenangan".





-AN-
Agustus, 2014

Senin, 28 Juli 2014

Menjabarkan Cinta

Telah aku jabarkan cinta
Melalui kata-kata dan air mata
Telah aku rasakan cinta
Melalui mencinta dan dicinta
Telah aku taklukam cinta
Oleh rasa yang aku sendiri tak tahu ia bernama apa
Sampai akhirnya..
Cinta itu datang.
Ia memakiku
Menjelek-jelekkanku
Bahkan dengan teganya ia hampir membunuhku
Cinta memang manis
Cinta memang pahit
Cinta itu senyum
Cinta adalah air mata
Cinta adalah suka
Cinta adalah luka
Cinta adalah bahagia
Cinta adalah derita..

Lalu, bagaimana cinta?

Rabu, 23 Juli 2014

Rindu Kita Satu

Oh ya!
Malam masih bersandiwara
Menyembunyikan gerimis, di balik tirai purnama
Seketika pula gemintang bersuara
Memekik langit dengan gelegar suara
Suara-suara bernama rindu
Sesaat kemudian berlabuh pada jiwa-jiwa penuh rindu
Pun denganku,  juga kamu

Rindu kita satu

AN
Juli, 2014

Jumat, 20 Juni 2014

Edisi Hati

Biar cinta yang mengajari
Betapa berharganya sebuah hati
Juga tentang siapa yang diam-diam
Menyelinap di sanubari
Biar cinta yang mengajari
Bahwa naluri layak tersalurkan dengan jalan syar'i
Biar cinta yang ajari-
Tak selamanya diam itu berarti
Lalu, biar cinta yang kabari
Masih ada Sang pembolak-balik hati

-AN-
April, 2014

Rancu Memadu

Aku masih rancu
Ini
:benar atau salah pada diriku
Yang jelas, harapku satu
Kita dipertemukan pada satu waktu
Dalam ikatan padu

-AN-
Juni, 2014