Pages

Rabu, 26 Februari 2014

Merancang Visi dan Misi Hidup

Hidup. Tak semudah yang kita kira, tak semanis yang dibayangkan, tak sepahit yang ditakutkan. Intinya, berjuang sajalah. Jadikan hidup ini berwarna, juga berarti. Allah pun telah memberi kita kesempatan untuk terus memperbaiki diri, dengan totalitas penghambaan kepada Sang Pencipta.
Mengenai hidup, aku jadi teringat kata-kata Jamil Azzani, yaitu "bila untuk merencanakan sebuah acara saja kita harus menyusun proposal yang sangat panjang juga detail, apalagi untuk urusan hidup kita. Tentunya apa yang kita rancang, harus melebihi susunan sebuah acara yang biasanya diadakan."
Memang benar apa yang dikatakan oleh beliau, terkadang kebanyakan dari kita menjalani hidup ini seperti air yang mengalir. Tak ada arah, terserah arus kehidupan ingin membawa kita kemana. Tapi perlu diketahui bahwasannya "air mengalir itu akan mengantarkan kepada tempat yang lebih rendah. Karena air selalu jatuh ke bawah."
Aku tak ingin, bila arus hidupku mengalir begitu saja seperti air. Sederas-derasnya air ia pun akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Setidaknya, aku ingin memiliki tujuan hidup yang jelas. Yang bermanfaat, supaya aku bisa terhindar dari sebuah kesia-siaan. Maka dari itu, aku rancang visi dan misi hidup dengan sepenuh hati.
Ini dia, beberapa visi dan misi hidupku yang telah aku buat:
Menjadi penulis, guru, pengemban dakwah, dan hafidzoh. Insyaallah bisa aku jalani secara bersamaan dengan manajemen waktu yang tepat. Menjadi penulis, adalah cita-citaku dari kecil yang insyaallah saat ini aku sedang berpropes menjadi demikian. Meski karya belum terbit, setidaknya aku sudah menyukai dan terbiasa dengan aktivitas menulis. Menjadi guru, mungkin hal tersebut adalah profesi yang paling aman bagi seorang wanita. Karena itu pula aku menjadikan profesi guru bagian dari visi dan misi. Menjadi hafidzoh, adalah sebuah mimpi besar yang baru inginkan kemarin. Aku ingin, nantinya anak-anakku bisa menjadi generasi penghafal Al-Qur'an, maka dari itu harus aku yang memulai, supaya kelak aku bisa mengajarkannya kepada anak-anak nanti. Menjadi pengemban dakwah, merupakan amanah yang sangat besar, juga hal sangat mulia. Itu semua berangkat dari rasa prihatinku terhadap yang terjadi di era sekuler dan dipayungi oleh kapitalisme seperti zaman sekarang. Maka dari itu, aku ingin mendobrak tentunya secara berjamaah, dan aku berada dalam perjuangan tersebut.
Berikut ini adah deskripsi dari mimpi-mimpiku:
1. Hafidzoh
Nahh.. Ternyata untuk mewujudkan sebuah mimpi itu (cita-cita) diperlukan sebuah proses. Karena aku ingin menjadi hafidzoh, maka aku harus membuat program one day one juz (satu hari satu juz), disusul dengan hafalan setiap shubuh, juga muraja'ah kepada orang (perempuan) yang hafalannya sudah lebih banyak daripadaku..
2. Penulis
Sebenarnya beberapa cara untuk membiasakan menjadi penulis sudah aku mulai sejak lama. Tapi masih belum bisa komitmen menjalani semua itu. Maka dari itu, aku pun membuat lagi seperti gambar di atas. Untuk menjadi penulis, aku harus terus terbiasa membiasakan diri dengan menulis. Diantaranya: menulis 2puisi dalam 1hari, menulis 1cerpen per hari, dan 1artikel setiap 2hari.
3. Pengemban Dakwah
Untuk menjadi pengemban dakwah (insyaallah) maka aku harus mengisi rutinitasku dengan agenda-agenda dakwah. Diantaranya mengkiuti perhalaqohan setiap satu minggu sekali, gempur buletin Al-Islam setiap satu minggu sekali, mengisi kajian, lalau dibarengi dengan update tsaqofah islam (baca buku, buka web, dll).
4. Guru
Menjadi guru, alhamdulillah sekarang aku telah menjadi guru. Padahal seperti baru kemarin aku merasakan bangku SD, dan sekarang malah aku yang mengajar murid-murid sd. Aku bisa dikatakan menjadi guru borongan, diantaranya saja guru TPQ setiap Senin-Jum'at 16.00-17.00. Guru privat SD setiap Sabtu dan Senin 13.00-15.00. Guru privat calistung (baca tulis hitung) setiap Rabu dan Kamis pukul 17.00-18.00, dan menjadi guru ngaji setiap habis maghrib kecuali malam jum'at.

Semoga apa yang telah aku tetapkan dan aku rencanakan, tidak sampai membuatku lalai.. Dan ke depannya menjadi lebih baik, lebih, lebih, dan lebih dalam kebaikan. -Amiin-


Selasa, 18 Februari 2014

Satu Tahun Mengajar

Senang, haru, lelah, capek, marah, semuanya pernah aku rasakan. Bagaimana tidak? Satu tahun bersama mereka, adalah moment yang berhasil menyisakan kenangan. Aku masih ingat, pada 11 Februari 2013, aku mantapkan tekadku untuk mengajar. Bukan menjadi guru umum, melainkan jadi guru ngaji. Jadi guru agama. Yang semua orang pasti sudah tahu, bahwa guru tidak mungkinlah berpenghasilan besar. Paling-paling uang yang diterima setiap bulan, hanya cukup untuk membeli beras satu minggu. Yaahh.. Begitulah, kalau mengajar bukan dari hati, siapa juga yang ingin menerima gaji seperti demikian.
Dulu, aku hanya ingin bisa mengajar. Tak lebih dari itu, sampai-sampai aku harus bisa menguasai kelas dengan macam-macam kepribadian. Ternyata hal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Butuh proses yang panjang dan lama sekali.. Sampai akhirnya mereka (murid-muridku) mengakui keberadaanku, dan sedikitnya mereka telah menyayangiku.
Seiiring berjalannya waktu, ada sebuah ikatan batin antara kami. Kalau satu hari saja aku tak masuk, mereka seperti anak yang kehilangan induknya. Padahal sejauh ini, aku tak pernah melakukan apa-apa. Selain berusaha menyayangi mereka seperti anak sendiri, dan mencoba sabar serta ikhlas dengan berbagai kekurangan yang mereka miliki. Aku tak pernah memberikan hadiah atau apapun itu. Hanya saja senyum setulus mungkin, ketika melihat wajah-wajah mereka datang dan pulang. Bersama mereka aku menghabiskan waktu pada setiap penghujung senja. Ah.. Mereka seolah nyawa yang amat tak terkira.
Banyak hal yang dilalui. Sebagai guru, aku terus berusaha memberikan terobosan-terobosan baru agar mereka tidak bosan ketika belajar. Misalnya saja, aku pernah membuat panggung dari meja, dan aku suruh mereka satu per satu untuk maju. Menghafal surat-surat pendek. Mereka tampak malu awalnya, tapi setelah mereka maju meski berpasangan, mereka seolah menjadi pribadi yang sangat hebat. Karena posisi yang lebih tinggi dibanding teman-temannya.

Tanpa terasa, satu tahun itu bergulir dengan cepat. Aku masih merasa kurang untuk menjadi guru yang baik. Insyaallah ke depannya, aku kan menjadi lebih baik dari ini. Terus memperbaiki diri atas segala kekurangan yang aku miliki. Aku ingin berterimakasih kepada mereka, yang telah malatih kesabaranku juga kedewasaanku.
Kepada Eva, Rida, Mita, Silvi, Tiara, Tias, Nunik, Sari, Nanda, Ubed, Bani, Gilang, Fikri, Dava, Aldi, Hafid, Yahya, Rama, dan Bagus. Umi mohon maaf, kalau Umi ada salah. Makasih juga buat kalian udah mengajarkan segalanya untuk umi.. :)
Itu hanya sedikit cerita yang mampu aku bagi, dan hanya sekadar ungkapan hati...
Alhamdulillah, rasa syukur ini tak terbendung.. Semoga kelak, kalian bisa menjadi manusia-manusia unggul bagi agama dan negara (insyaallah Khilafah). -Amiiin-

Jumat, 07 Februari 2014

Segala Puji Bagi Allah



KEMBALI. Sebuah kata yang pada akhirnya aku pilih. Setelah melalui pertimbangan yang sangat rumit, dipermainkan oleh hawa nafsu, juga bisikan baik malaikat. Akhirnya, aku memutuskan untuk kembali. Sudah sangat lama, aku ingin kembali pada duniaku yang dulu sempat benderang, tapi yang ada aku malah termakan gengsi. Akhirnya, hal itu menjadi proses yang memperlambat diriku untuk menjadi baik.
Maha baiknya Allah, yang masih memberikan aku kesempatan untuk menanam biji-bji kebaikan di dunia, yang semua orang tahu bahwa sifatnya hanya sementara. Allah Maha Baik, sangat baik. Tiada henti rasa syukur itu kulantunkan. Butuh sebuah proses panjang, untuk aku menempuh pada jalan yang insyaAllah di ridoi ini.
Entahlah, aku sulit untuk berkata-kata. Lidahku terlalu kelu, lantaran sering berdiam. Semenjak kuputuskan untuk pergi. Maaf jika sampai saat ini, masih ada prasangka yang bergelayut pada hati yang pernah ku kenal..
Ukhtifillah yang aku cintai.. Bila ada lagi salah, tolong tegurlah.. Karena aku hanyalah manusia biasa yang Allah ciptakan sedemikian rupa. Semoga apa yang aku tuliskan ini, bisa mewakilkan ucapanku yang sangat sulit sekali untuk aku lafadzkan.
Segala Puji Bagi Allah.. Hanya itu yang mampu kuucapkan. Bentuk rasa syukurku yang sebenarnya tak terbendung..
Ada beberapa hal yang ingin aku ungkapkan. Tapi.. Malu rasanya kalau berucap dihadapannya langsung :)
Ibu Emi Munirotullaila, S.Si.
Seseorang yang pertama kali membuatku tertarik. Pada kerapihannya saat 4tahun silam mengajar pelajaran fisika. Begitu anggun, dengan jubah dan kerudung segi empatnya yang teruntai. Aku masih ingat, dan sempat berkata begini "Suatu saat nanti, bahkan di masa depan nanti. Saya pasti akan berpakaian seperti ibu." Padahal itu adalah sebuah ucapan, yang tidak aku sengaja. Keluar begitu saja dari hati yang paling dalam. Dan sekarang, aku begitulah adanya. Allah seolah menuntunku pada keinginan yang dulunya hanya sekadar kata-kata.
Untuk Suraya Ma'rufa (Ufa)
Aku sama sekali tak menyangka, kita satu SD dulu. Terpisah ketika SMP, dan bersama lagi ketika SMA. Allah begitu sayang pada kita, juga kamu. Sehingga, kita disatukan pada jalan yang sama, sebuah jalan perjuangan untuk sebuah cita-cita mulia.. Semoga kita bisa saling istiqomah ya! :)
Untuk Ratu Nurchaerani (Rani)
Meski usiamu lebih muda satu tahun dariku, tapi aku telah menganggapmu sebagai teman sebaya. Begitu banyak jalan panjang, terjal, berduri yang pernah kita lalui. Sampai akhirnya kita goyah dan merasa sakit.. Semoga kamu bisa kembali lagi pada jalan ini ya.. Kembali bersama untuk kita perjuangkan :)
Teh Ika
Tempat curhat pertama, ketika aku galau menghadapi teman kampus yang begitu heterogen. Sampai teteh menyarankanku, untuk bergabung lagi. Aku sadar akan hal itu. Tapi aku ragu dibungkus rasa malu ketika itu. Terimakasih ya teh~
Teh Icha
Ini teteh yang gak pernah buat aku cemberut. Liat wajahnya aja pasti pengen senyum deeh.. Teteh begitu enerjik, subhanallah deh buat teteh! :)
Ibu Ratni (Teh Iyat)
Muslimah yang satu ini subhanallah banget... Selalu merasa kurang padat waktunya, untuk diisi dengan aktivitas dakwah. :)
Arini Aprila (Teh Arin)
Sekarang teteh, jadi musyrifahku.. Gak nyangka banget bisa dapet musyrifah kaya Teteh. Senang bisa kenal dan ke depannya sama teteh. Pada waktu khusus tentunya ~ :)
Buat semuanya juga (Teh Heti, Teh Eca, Teh Nisa, Teh Adah, Teh Nesa, Teh Dian, Mudrikah, Widia, Teh Syifa, Teh Ila, Teh Muda, Teh Mira, Teh Mimi, Teh Dian, Teh Rina dll) :D. Gak bisa  diiucapkan satu persatu. Intinya Alhamdulillah (Segala Puji Bagi Allah). Allah maha baik, menunjukan jalan, untuk bertemu dan bersama ukhtifillah semua :)

Kamis, 06 Februari 2014

Tentang; Cinta Sejati~

Ada satu puisi yang ingin saya tulis di blogg ini. Hanya sekadar ungkapan hati. Tak lebih dari itu..

Bila Allah masih mengizinkan,
kulantunkan bait bernama kerinduan setiap pagi
kepada sosok bermata jeli
yang sampai sekarang masih saja mengahantui
Biar Allah sajalah, yang memberi jalan untuk kulalui
pasti pilihan terbaik, yang Engkau ridhoi~
 
Cinta sejati itu.. Dua insan bertemu, dan mereka mencintai Allah. Maka mereka pun dipertemukan. Karena Allah mencintai mereka..
 
Saya berharap, bisa dipertemukan dengan cinta sejati itu. Sambil terus berusaha, untuk memantaskan diri.. Rasanya ingin sekali, ada sosok untuk tempat berbagi. Tapi apalah arti sebuah keinginan, kalau Allah tak meridhoi. Satu-satunya yang Allah ridhoi adalah dengan jalan pernikahan. Diluar itu, pastilah Allah murka. Wallahu 'alam bi shoab~

KRISIS MORAL MENYAMBUT AWAL TAHUN

Kasus penemuan mayat Feby Lorita masih hangat diperbincangkan sampai saat ini. Berita-berita di televisi tiada hentinya menayangkan perkembangan kasus terbaru dari perempuan tersebut. Tidak hanya itu, rupaya serentetan tragedi pembunuhan terjadi di bulan Januari sampai Februari.
Selain pembunuhan, kasus pemerkosaan pun berkembang pesat di negeri ini. Kasus-kasus kejahatan tiada hentinya menggerogoti. Setiap hari muncul di berbagai media, baik elektronik maupun non elektronik.
Angka kejahatan di negeri ini terbilang besar. Tahun 2013, Polda Metro Jaya mencatat ada 51.444 kasus kriminal di Jakarta dan sekitarnya, atau satu kejahatan tiap 10 menit 13 detik. Pembunuhan 74 kasus, naik 2 kasus (3%) dari tahun 2012. Artinya satu pembunuhan tiap lima hari. Pencurian dengan kekerasan 1.004 kasus dan pencurian dengan pemberatan 5.011 kasus. Sementara, dari 57 kasus pemerkosaan selama tahun 2013, baru 36 kasus berhasil diselesaikan. Di tahun 2014, Polda Metro Jaya memprediksi praktik kejahatan akan meningkat (detikNews, 29/12/2013). Di Bekasi, tahun 2013 ada 1771 kasus pidana, naik 12 % atau naik 201 kasus dari tahun 2012. (Beritabekasi.co, 2/1/2014). Di Bangkalan, di tahun 2013 angka kejahatan 523 kasus atau naik 5,02 % dari tahun 2012 (mediamadura.com, 2/1/2014).
Sepanjang 1998-2010, tercatat 4.845 kasus perkosaan di Indonesia, atau 1 perkosaan setiap hari. Kebanyakan korban adalah anak-anak. Sementara di Jogjakarta, menurut Thontowi dari Rifka Annisa data kasus yang terlapor di Rifka Annisa, sepanjang 2009 – 2012, terjadi 131 kasus perkosaan dan 71 kasus pelecehan seksual. Pada Januari-September 2013, terjadi 32 kasus perkosaan dan 10 kasus pelecehan seksual. (itoday.com).
Rentetan angka yang sangat fantastis, dan membuat bulu kuduk berdiri usai membacanya. Angka-angka tersebut seolah menjadi bukti, bahwa manusia seperti tidak menghargai sesama manusia lainnya. Para pembunuh begitu sadisnya menghilangkan nyawa seseorang tanpa memikirkan bagaimana akibatnya di masa yang akan datang. Juga para pemerkosa, yang tega menghilangkan kehormatan seorang wanita. Mereka seolah memliki nafsu binatang, tidak mengendalikan sebagaimana mestinya. Bahkan mereka tidak tahu, apa yang akan kelak terjadi pada wanita yang mereka pernah perkosa. Sungguh ironi, di tengah krisis moral yang berkecamuk, masih saja banyak kaum muslim yang diam.Yang menganggap kejadian-kejadian tersebut hanya takdir semata. Yang masih saja mementingkan dirinya sendiri. Acapkali menonton berita pembunuhan dan perkosaan sambil menyantap makan siang.
Siapa yang akan bertanggung jawab? Siapa yang salah atas kejadian ini? Apakah Allah patut untuk dipersalahkan? Kebanyakan dari manusia menganggap bahwa kejadian tersebut semata-sama karena takdir Allah saja. Padahal apa yang telah menimpa orang-orang tersebut sesungguhnya karena sistem yang diterapkan di negeri ini. Sistem sekularisme dan liberalisme.
Kebanyakan dari kasus pembunuhan tersebut karena adanya dendam satu sama lain. Ada pula penyebabnya karena terhimpit ekonomi. Juga prahara cinta. Itulah akibat dari diterapkannya sekularisme yang membanjiri negeri ini. Masyarakat jadi meluruhkan keimanan dan rasa takut kepada Allah, sehingga terjadi kejadian yang demikian.
Masihkah kita ingin bertahan pada sistem yang kerusakannya telah menjalar seluruh negeri? Sudah saatnya kita sadar, bahwa ada sebuah sistem yang akan mensejahtrakan manusia. Yang menjamin seluruh keselamatan dibawah naungan negara. Ialah sebuah sistem dibawah naungan Khilafah Islamiya. Wallahu ‘alam bi shoab.[]
Ayu Nurhidayah
Aktivis MHTI Chapter Kampus-

Rabu, 05 Februari 2014

Kehormatan dan Nyawa Makin Tak Terlindungi

Al-Islam edisi 692, 7 Rabiuts Tsani 1435 H – 7 Februari 2014 M

Di DKI Jakarta dan sekitarnya, selama Januari – awal Februari terjadi sejumlah pembunuhan: Feby Lorita, ditemukan tewas di bagasi mobil Nisan March, Sabtu (25/1); Ny. Adika Adi Putri dibunuh di Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakpus, Senin (3/2); Septiawan dibunuh di Gang Bedeng, Jl. Sahardjo, Tebet, Jaksel, Jumat (31/1); penemuan mayat L Edward dalam karung di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakpus, Selasa (4/2); penemuan mayat laki-laki di Kali Pesanggrahan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jaksel, Senin (27/1); penemuan mayat perempuan di Km 7+800 Tol Jatibening, Bekasi, Jumat (17/1); Epi Suhendar membunuh anaknya sendiri Ihsan Fazle Mawla, Senin (27/1); Desi Hayatun Nupus dibunuh oleh suaminya, Erik (30), di Rawabebek Kotabaru, Bekasi Barat, Minggu (25/1). Dua sosok jasad ditemukan di Jl. Ir H Juanda, Bekasi Timur, Sabtu (25/1). Sebelumnya, Deni Sulaiman ditemukan tewas di Gang Anggrek, Cimanggis, Depok, Kamis (23/1).

Di Medan, ketua Ikatan Pemuda Karya (IPK) Frengky Simatupang dibunuh oleh lima orang (Poskotanews.com, 29/1). Di Lampung, Rido Hasan, Sabtu (1/2) tewas ditusuk tersangka F di Desa Candimas, Natar, Lampung Selatan. Di Lumajang Jatim, Siman warga Merakan Kec. Padang Lumajang, pada Sabtu (1/2) membunuh Usnan yang tengah berhubungan intim dengan isteri Siman (Poskotanews.com, 2/2).

Pemerkosaan juga banyak terjadi selama awal 2014. Di Lampung kasus pemerkosaan atas seorang gadis oleh belasan laki-laki belum juga kelar. Di Jakarta seorang wanita dinodai oleh empat orang petugas Trans Jakarta di halte Harmoni. Percobaan perkosaan juga terjadi atas seorang mahasiswi di Jakut. Sementara di Bandung, seorang mahasiswi mengalami perkosaan pada 27/1.

Kriminal Marak, Sistem Gagal Lindungi Warga

Maraknya kejahatan itu membuat rasa aman makin hilang. Orang telah begitu mudah membunuh, memperkosa, dan berbuat kejahatan. Kehormatan dan nyawa begitu mudah dihilangkan, bahkan kadang karena dipicu oleh hal-hal sepele.

Angka kejahatan di negeri ini terbilang besar. Tahun 2013, Polda Metro Jaya mencatat ada 51.444 kasus kriminal di Jakarta dan sekitarnya, atau satu kejahatan tiap 10 menit 13 detik. Pembunuhan 74 kasus, naik 2 kasus (3%) dari tahun 2012. Artinya satu pembunuhan tiap lima hari. Pencurian dengan kekerasan 1.004 kasus dan pencurian dengan pemberatan 5.011 kasus. Sementara, dari 57 kasus pemerkosaan selama tahun 2013, baru 36 kasus berhasil diselesaikan. Di tahun 2014, Polda Metro Jaya memprediksi praktik kejahatan akan meningkat. (detikNews, 29/12/2013)

Di Bekasi, tahun 2013 ada 1771 kasus pidana, naik 12 % atau naik 201 kasus dari tahun 2012. (Beritabekasi.co, 2/1/2014). Di Bangkalan, di tahun 2013 angka kejahatan 523 kasus atau naik 5,02 % dari tahun 2012 (mediamadura.com, 2/1/2014).

Sepanjang 1998-2010, tercatat 4.845 kasus perkosaan di Indonesia, atau 1 perkosaan setiap hari. Kebanyakan korban adalah anak-anak. Sementara di Jogjakarta, menurut Thontowi dari Rifka Annisa data kasus yang terlapor di Rifka Annisa, sepanjang 2009 – 2012, terjadi 131 kasus perkosaan dan 71 kasus pelecehan seksual. Pada Januari-September 2013, terjadi 32 kasus perkosaan dan 10 kasus pelecehan seksual. (itoday.com).

Akibat Sistem Sekuler Kapitalistik

Kriminolog Universitas Asyafi’iyah, Masriadi Pasaribu, mengatakan banyaknya kasus pembunuhan merupakan suatu fenomena. Masyarakat sangat mudah tersinggung. Ketika ketersinggungan terus dipelihara, lama-kelamaan menjadi dendam. Tinggal menunggu amarah yang memuncak. Menurutnya, “Masyarakat Ibu Kota dan daerah penyangga sudah dalam tahap stres yang tinggi sehingga melakukan pembunuhan dijadikan cara yang dianggap efektif untuk menghilangkan kepenatan dan menuntaskan amarah.”

Faktor ketidakharmonisan rumah tangga dan faktor kecemburuan juga berperan, seperti kasus pembunuhan Desy Hayatun Nupus yang tengah hamil. Menurut Humas Polres Bekasi Kota AKP Siswo Motif, sementara diduga karena cemburu. (detikNews, com, 29/1). Septiawan tewas di jl. Saharjo Jaksel jadi korban salah sasaran karena mirip dengan selingkuhan isteri pelaku (poskotanews.com, 1/2).

Kadang pembunuhan dipicu oleh faktor ekonomi. Epi Suhendar membunuh anaknya sendiri diduga karena faktor beban pekerjaan serta himpitan ekonomi (detikNews, 29/1) atau karena ia takut dipecat dari tempat kerjanya karena kurang memenuhi target. Sementara pembunuhan Frengky Simatupang di Medan diduga terkait permasalahan lahan tanah garapan (poskotanews.com, 29/1). Di Bangkalan, menurut Kapolres Bangkalan AKBP Sulistiyono, “banyaknya kasus kriminalitas di kabupaten Bangkalan karena masih sedikitnya lapangan pekerjaan, sebab para pelaku kriminal rata-rata pengangguran.” (mediamadura.com, 2/1/2014)

Bila diperhatikan, berbagai kasus kejahatan (pembunuhan) itu disebabkan oleh banyak faktor saling berkaitan yang semuanya bermuara pada penerapan sistem sekuler kapitalistik. Sistem sekuler tidak memperhatikan masalah iman dan takwa. Bahkan, sekulerisme yang diterapkan justru makin menipiskan iman dan takwa.

Sistem kapitalistik membuat beban hidup (beban ekonomi) rakyat makin besar. Tingkat stress di masyarakat pun makin tinggi yang makin mudah membuat orang gelap mata dan berbuat kejahatan.

Sementara paham liberal membuat pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan termasuk yang sudah bersuami/isteri. Perselingkuhan akhirnya banyak terjadi.

Semua itu diperparah, dengan bobroknya sistem hukum pidana dan sanksi yang tidak bisa mencegah orang berbuat jahat. Dalam sistem hukum buatan manusia yang sedang diterapkan, orang tidak bisa mendapatkan keadilan melalui hukum, muncullah tindakan balas dendam atau main hakim sendiri (street justice).

Walhasil, maraknya kejahatan baik pembunuhan, perkosaan, pencurian dan lainnya itu adalah akibat sistem sekuler kapitalistik yang diterapkan saat ini. Selama sistem sekuler kapitalistik dengan hukum buatan manusia itu masih diterapkan, maka angka kejahatan akan tetap tinggi dan makin meningkat. Rasa aman bagi masyarakat pun makin tipis dan hilang. Kehormatan dan nyawa seolah makin murah, makin tidak berharga dan makin mudah dilanggar dan dihilangkan.

Hanya Dengan Sistem Islam Bisa Tuntas

Mencegah dan mengatasi berbagai tindak kejahatan tidak bisa terwujud dalam sistem sekuler kapitalistik sekarang ini. Sebab sistem sekuler kapitalistik itu sendiri justru menjadi faktor mendasarnya.

Mencegah dan mengatasi kejahatan hanya bisa dilakukan tuntas dengan sistem Islam yang menerapkan syariah Islam secara total. Dalam Islam, kehidupan masyarakat dibangun berlandaskan akidah Islam, iman dan takwa. Negara wajib membina iman dan takwa warganya.

Penerapan sistem ekonomi Islam membuat distribusi harta terjadi secara merata dan berkeadilan. Dalam Islam, negara diwajibkan menjamin lapangan kerja untuk rakyat secara riil. Negara wajib menjamin pemenuhan kebutuhan pokok baik pangan, papan dan sandang tiap individu rakyat. Hal itu bisa direalisasi dengan mekanisme ekonomi dan non ekonomi yang telah diatur dalam syariah Islam. Negara juga wajib menjamin pemenuhan kebutuhan akan pendidikan, pelayanan kesehatan dan keamanan untuk rakyat secara langsung dan bebas biaya. Semua itu mungkin diantaranya dengan dijadikannya kekayaan alam dan berbagai kepemilikan umum sebagai milik seluruh rakyat, harus dikelola negara, tidak boleh diserahkan kepada swasta, dan semua hasilnya digunakan demi kemaslahatan rakyat.

Sementara dengan penerapan sistem ‘uqubat Islam, rasa keadilan bisa diraih. Orang yang terbukti berzina, jika belum pernah menikah dihukum jilid seratus kali, dan jika pernah menikah maka dirajam hingga mati. Pemerkosa harus dijatuhi dengan sanksi ini dan bisa ditambah sanksinya sebab selain berzina, juga disertai kekerasan. Pelaksanaan hukuman itu harus disaksikan oleh khalayak.

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ

الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (TQS an-Nur [24]: 2)

Orang yang membunuh dengan disengaja, dihukum qishash (dihukum bunuh) kecuali dimaafkan oleh ahli waris korban, dan dia harus membayar diyat 100 ekor onta, 40 diantaranya sedang bunting. Sementara untuk selain pembunuhan disengaja, pelaku harus membayar diyat 100 ekor onta atau 1.000 dinar atau sekitar Rp 2 miliar (1 dinar= Rp 1.946.883,- geraidinar.com, 4/2)-. Pelaksanaan qishash, rajam dan hukuman jilid harus disaksikan oleh khalayak.

Sanksi itu memberikan efek jera mencegah orang berbuat kejahatan. Efek jera itu bukan semata karena beratnya hukuman, tetapi juga karena pelaksanaan hukuman itu bisa disaksikan dan diketahui oleh masyarakat. Allah menegaskan, di dalam qishash ada kehidupan.

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (TQS al-Baqarah [2]: 179)

Wahai Kaum Muslimin

Dengan penerapan sistem Islam secara total itu, masalah maraknya kejahatan tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, akan dengan mudah dan segera bisa diselesaikan dengan tuntas. Dengan itu rasa aman akan dirasakan oleh seluruh rakyat. Kehormatan, darah, harta dan nyawa akan benar-benar terlindungi. Kuncinya adalah segera diterapkan syariah Islam secara menyeluruh dan itu tidak akan terwujud kecuali di bawah naungan Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. Wallâh a’lam bi ash-shawâb.