Senang, haru, lelah, capek, marah, semuanya pernah aku rasakan. Bagaimana tidak? Satu tahun bersama mereka, adalah moment yang berhasil menyisakan kenangan. Aku masih ingat, pada 11 Februari 2013, aku mantapkan tekadku untuk mengajar. Bukan menjadi guru umum, melainkan jadi guru ngaji. Jadi guru agama. Yang semua orang pasti sudah tahu, bahwa guru tidak mungkinlah berpenghasilan besar. Paling-paling uang yang diterima setiap bulan, hanya cukup untuk membeli beras satu minggu. Yaahh.. Begitulah, kalau mengajar bukan dari hati, siapa juga yang ingin menerima gaji seperti demikian.
Dulu, aku hanya ingin bisa mengajar. Tak lebih dari itu, sampai-sampai aku harus bisa menguasai kelas dengan macam-macam kepribadian. Ternyata hal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Butuh proses yang panjang dan lama sekali.. Sampai akhirnya mereka (murid-muridku) mengakui keberadaanku, dan sedikitnya mereka telah menyayangiku.
Seiiring berjalannya waktu, ada sebuah ikatan batin antara kami. Kalau satu hari saja aku tak masuk, mereka seperti anak yang kehilangan induknya. Padahal sejauh ini, aku tak pernah melakukan apa-apa. Selain berusaha menyayangi mereka seperti anak sendiri, dan mencoba sabar serta ikhlas dengan berbagai kekurangan yang mereka miliki. Aku tak pernah memberikan hadiah atau apapun itu. Hanya saja senyum setulus mungkin, ketika melihat wajah-wajah mereka datang dan pulang. Bersama mereka aku menghabiskan waktu pada setiap penghujung senja. Ah.. Mereka seolah nyawa yang amat tak terkira.
Banyak hal yang dilalui. Sebagai guru, aku terus berusaha memberikan terobosan-terobosan baru agar mereka tidak bosan ketika belajar. Misalnya saja, aku pernah membuat panggung dari meja, dan aku suruh mereka satu per satu untuk maju. Menghafal surat-surat pendek. Mereka tampak malu awalnya, tapi setelah mereka maju meski berpasangan, mereka seolah menjadi pribadi yang sangat hebat. Karena posisi yang lebih tinggi dibanding teman-temannya.
Tanpa terasa, satu tahun itu bergulir dengan cepat. Aku masih merasa kurang untuk menjadi guru yang baik. Insyaallah ke depannya, aku kan menjadi lebih baik dari ini. Terus memperbaiki diri atas segala kekurangan yang aku miliki. Aku ingin berterimakasih kepada mereka, yang telah malatih kesabaranku juga kedewasaanku.
Kepada Eva, Rida, Mita, Silvi, Tiara, Tias, Nunik, Sari, Nanda, Ubed, Bani, Gilang, Fikri, Dava, Aldi, Hafid, Yahya, Rama, dan Bagus. Umi mohon maaf, kalau Umi ada salah. Makasih juga buat kalian udah mengajarkan segalanya untuk umi.. :)
Itu hanya sedikit cerita yang mampu aku bagi, dan hanya sekadar ungkapan hati...
Alhamdulillah, rasa syukur ini tak terbendung.. Semoga kelak, kalian bisa menjadi manusia-manusia unggul bagi agama dan negara (insyaallah Khilafah). -Amiiin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar