Kasus
penemuan mayat Feby Lorita masih hangat diperbincangkan sampai saat ini.
Berita-berita di televisi tiada hentinya menayangkan perkembangan kasus terbaru
dari perempuan tersebut. Tidak hanya itu, rupaya serentetan tragedi pembunuhan
terjadi di bulan Januari sampai Februari.
Selain
pembunuhan, kasus pemerkosaan pun berkembang pesat di negeri ini. Kasus-kasus
kejahatan tiada hentinya menggerogoti. Setiap hari muncul di berbagai media,
baik elektronik maupun non elektronik.
Angka
kejahatan di negeri ini terbilang besar. Tahun 2013, Polda Metro Jaya mencatat
ada 51.444 kasus kriminal di Jakarta dan sekitarnya, atau satu kejahatan tiap
10 menit 13 detik. Pembunuhan 74 kasus, naik 2 kasus (3%) dari tahun 2012.
Artinya satu pembunuhan tiap lima hari. Pencurian dengan kekerasan 1.004 kasus
dan pencurian dengan pemberatan 5.011 kasus. Sementara, dari 57 kasus
pemerkosaan selama tahun 2013, baru 36 kasus berhasil diselesaikan. Di tahun
2014, Polda Metro Jaya memprediksi praktik kejahatan akan meningkat (detikNews,
29/12/2013).
Di Bekasi, tahun 2013 ada 1771 kasus pidana, naik
12 % atau naik 201 kasus dari tahun 2012. (Beritabekasi.co, 2/1/2014). Di
Bangkalan, di tahun 2013 angka kejahatan 523 kasus atau naik 5,02 % dari tahun
2012 (mediamadura.com, 2/1/2014).
Sepanjang
1998-2010, tercatat 4.845 kasus perkosaan di Indonesia, atau 1 perkosaan setiap
hari. Kebanyakan korban adalah anak-anak. Sementara di Jogjakarta, menurut
Thontowi dari Rifka Annisa data kasus yang terlapor di Rifka Annisa, sepanjang
2009 – 2012, terjadi 131 kasus perkosaan dan 71 kasus pelecehan seksual. Pada
Januari-September 2013, terjadi 32 kasus perkosaan dan 10 kasus pelecehan
seksual. (itoday.com).
Rentetan angka yang sangat fantastis,
dan membuat bulu kuduk berdiri usai membacanya. Angka-angka tersebut seolah
menjadi bukti, bahwa manusia seperti tidak menghargai sesama manusia lainnya.
Para pembunuh begitu sadisnya menghilangkan nyawa seseorang tanpa memikirkan
bagaimana akibatnya di masa yang akan datang. Juga para pemerkosa, yang tega
menghilangkan kehormatan seorang wanita. Mereka seolah memliki nafsu binatang,
tidak mengendalikan sebagaimana mestinya. Bahkan mereka tidak tahu, apa yang
akan kelak terjadi pada wanita yang mereka pernah perkosa. Sungguh ironi, di
tengah krisis moral yang berkecamuk, masih saja banyak kaum muslim yang
diam.Yang menganggap kejadian-kejadian tersebut hanya takdir semata. Yang masih
saja mementingkan dirinya sendiri. Acapkali menonton berita pembunuhan dan
perkosaan sambil menyantap makan siang.
Siapa
yang akan bertanggung jawab? Siapa yang salah atas kejadian ini? Apakah Allah
patut untuk dipersalahkan? Kebanyakan dari
manusia menganggap bahwa kejadian tersebut semata-sama karena takdir Allah
saja. Padahal apa yang telah menimpa orang-orang tersebut sesungguhnya karena sistem
yang diterapkan di negeri ini. Sistem sekularisme dan liberalisme.
Kebanyakan
dari kasus pembunuhan tersebut karena adanya dendam satu sama lain. Ada pula
penyebabnya karena terhimpit ekonomi. Juga prahara cinta. Itulah akibat dari
diterapkannya sekularisme yang membanjiri negeri ini. Masyarakat jadi
meluruhkan keimanan dan rasa takut kepada Allah, sehingga terjadi kejadian yang
demikian.
Masihkah
kita ingin bertahan pada sistem yang kerusakannya telah menjalar seluruh
negeri? Sudah saatnya kita sadar, bahwa ada sebuah sistem yang akan
mensejahtrakan manusia. Yang menjamin seluruh keselamatan dibawah naungan
negara. Ialah sebuah sistem dibawah naungan Khilafah Islamiya. Wallahu ‘alam
bi shoab.[]
Ayu
Nurhidayah
Aktivis
MHTI Chapter Kampus-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar