Pages

Kamis, 06 Februari 2014

KRISIS MORAL MENYAMBUT AWAL TAHUN

Kasus penemuan mayat Feby Lorita masih hangat diperbincangkan sampai saat ini. Berita-berita di televisi tiada hentinya menayangkan perkembangan kasus terbaru dari perempuan tersebut. Tidak hanya itu, rupaya serentetan tragedi pembunuhan terjadi di bulan Januari sampai Februari.
Selain pembunuhan, kasus pemerkosaan pun berkembang pesat di negeri ini. Kasus-kasus kejahatan tiada hentinya menggerogoti. Setiap hari muncul di berbagai media, baik elektronik maupun non elektronik.
Angka kejahatan di negeri ini terbilang besar. Tahun 2013, Polda Metro Jaya mencatat ada 51.444 kasus kriminal di Jakarta dan sekitarnya, atau satu kejahatan tiap 10 menit 13 detik. Pembunuhan 74 kasus, naik 2 kasus (3%) dari tahun 2012. Artinya satu pembunuhan tiap lima hari. Pencurian dengan kekerasan 1.004 kasus dan pencurian dengan pemberatan 5.011 kasus. Sementara, dari 57 kasus pemerkosaan selama tahun 2013, baru 36 kasus berhasil diselesaikan. Di tahun 2014, Polda Metro Jaya memprediksi praktik kejahatan akan meningkat (detikNews, 29/12/2013). Di Bekasi, tahun 2013 ada 1771 kasus pidana, naik 12 % atau naik 201 kasus dari tahun 2012. (Beritabekasi.co, 2/1/2014). Di Bangkalan, di tahun 2013 angka kejahatan 523 kasus atau naik 5,02 % dari tahun 2012 (mediamadura.com, 2/1/2014).
Sepanjang 1998-2010, tercatat 4.845 kasus perkosaan di Indonesia, atau 1 perkosaan setiap hari. Kebanyakan korban adalah anak-anak. Sementara di Jogjakarta, menurut Thontowi dari Rifka Annisa data kasus yang terlapor di Rifka Annisa, sepanjang 2009 – 2012, terjadi 131 kasus perkosaan dan 71 kasus pelecehan seksual. Pada Januari-September 2013, terjadi 32 kasus perkosaan dan 10 kasus pelecehan seksual. (itoday.com).
Rentetan angka yang sangat fantastis, dan membuat bulu kuduk berdiri usai membacanya. Angka-angka tersebut seolah menjadi bukti, bahwa manusia seperti tidak menghargai sesama manusia lainnya. Para pembunuh begitu sadisnya menghilangkan nyawa seseorang tanpa memikirkan bagaimana akibatnya di masa yang akan datang. Juga para pemerkosa, yang tega menghilangkan kehormatan seorang wanita. Mereka seolah memliki nafsu binatang, tidak mengendalikan sebagaimana mestinya. Bahkan mereka tidak tahu, apa yang akan kelak terjadi pada wanita yang mereka pernah perkosa. Sungguh ironi, di tengah krisis moral yang berkecamuk, masih saja banyak kaum muslim yang diam.Yang menganggap kejadian-kejadian tersebut hanya takdir semata. Yang masih saja mementingkan dirinya sendiri. Acapkali menonton berita pembunuhan dan perkosaan sambil menyantap makan siang.
Siapa yang akan bertanggung jawab? Siapa yang salah atas kejadian ini? Apakah Allah patut untuk dipersalahkan? Kebanyakan dari manusia menganggap bahwa kejadian tersebut semata-sama karena takdir Allah saja. Padahal apa yang telah menimpa orang-orang tersebut sesungguhnya karena sistem yang diterapkan di negeri ini. Sistem sekularisme dan liberalisme.
Kebanyakan dari kasus pembunuhan tersebut karena adanya dendam satu sama lain. Ada pula penyebabnya karena terhimpit ekonomi. Juga prahara cinta. Itulah akibat dari diterapkannya sekularisme yang membanjiri negeri ini. Masyarakat jadi meluruhkan keimanan dan rasa takut kepada Allah, sehingga terjadi kejadian yang demikian.
Masihkah kita ingin bertahan pada sistem yang kerusakannya telah menjalar seluruh negeri? Sudah saatnya kita sadar, bahwa ada sebuah sistem yang akan mensejahtrakan manusia. Yang menjamin seluruh keselamatan dibawah naungan negara. Ialah sebuah sistem dibawah naungan Khilafah Islamiya. Wallahu ‘alam bi shoab.[]
Ayu Nurhidayah
Aktivis MHTI Chapter Kampus-

Tidak ada komentar: