Pages

Jumat, 01 Agustus 2014

"Aku Mencintaimu"





Jum'at pagi, aku harus tergesa-gesa. Merapikan tumpukan kitabku, memindahkannya dari rak buku ke dalam ransel hitam. Baru beberapa hari Idul Fitri, aku harus segera mengisi waktu dengan agenda wajib, ialah halaqah. Tiga jam dalam satu minggu, dibuka dengan halaqah Kitab Muqawwimat (Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah), lalu dua jam berikutnya dilanjutkan dengan halaqah kitab Nizhamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam).


Entahlah.. Hari ini rasa yang berbeda itu menari-nari dalam benakku. Sepanjang perjalanan aku membayangkan mata bulat dan gaya bicaranya. Sosok yang selama delapan bulan telah berhasil menginspirasiku. Mengajarkan begitu banyak ilmu, dengan segenap kemampuan dan semangatnya. Sosok yang pertama kali aku mengenalnya dengan malu-malu.. Ialah Arini Fitri Aprila. Biasanya aku memanggilnya dengan Teh Arin .Muslimah dengan perawakan tinggi, berkulit hitam manis, dan yang tak pernah aku lupa adalah sorot matanya, serta gerak jemarinya yang sering ia tempelkan di dahi.

Hari ini memang hari yang aku tunggu-tunggu.. Namun, rasanya aku pun tak kuasa untuk berhadapan dengan hari ini. Ada dilema yang sepertinya tak tega untuk menyayat hati, sebab aku harus berhadapan dengan sebuah perpisahan. Kenyataan terpahit, berpisah dengan orang yang jujur telah membuatku jatuh hati.

Aku tidak sendiri untuk menikmati waktu yang ke depannya mungkin tidak bisa dinikmati seperti ini. Bersama Diyan dan Ikah, aku akan menatap Teh Arin dengan puasnya. Meresapi setiap perkataan dan pesan-pesan yang akan beliau sampaikan.

Ah, seperti tertusuk duri mawar, sakit, namun setelah itu bisa aku hirup semerbak wanginya. Seperti itulah hatiku... Berhadapan dengan sebuah perpisahan, lalu secara bersamaan pula aku harus berhadapan dengan rasa ikhlas. Padahal baru saja aku temukan kebahagiaan dari sosoknya, namun rupanya ujian itu adalah kebahagiaan itu sendiri..

Namun, bagiku juga bagi teman-teman satu halaqahku.. Ini bukanlah akhir dari segalanya. Perpisahan ini pun bukanlah akhir dari segalanya. Perpisahan ini yang akan mendewasakan kita, perpisahan ini pula sebagai langkah awal bagaimana kelak kita di waktu-waktu mendatang..

Sudah cukup, tidak perlu aku jabarkan banyak kata-kata. Bagiku hari sederhana.. semunya akau rangkum dalam satu kalimat "Aku mencintaimu"..

Oh ya, satu lagi.. Segala tentangmu, tentang kita, aku rapihkan semua itu di dalam ingatan bernama "kenangan".





-AN-
Agustus, 2014

Senin, 28 Juli 2014

Menjabarkan Cinta

Telah aku jabarkan cinta
Melalui kata-kata dan air mata
Telah aku rasakan cinta
Melalui mencinta dan dicinta
Telah aku taklukam cinta
Oleh rasa yang aku sendiri tak tahu ia bernama apa
Sampai akhirnya..
Cinta itu datang.
Ia memakiku
Menjelek-jelekkanku
Bahkan dengan teganya ia hampir membunuhku
Cinta memang manis
Cinta memang pahit
Cinta itu senyum
Cinta adalah air mata
Cinta adalah suka
Cinta adalah luka
Cinta adalah bahagia
Cinta adalah derita..

Lalu, bagaimana cinta?

Rabu, 23 Juli 2014

Rindu Kita Satu

Oh ya!
Malam masih bersandiwara
Menyembunyikan gerimis, di balik tirai purnama
Seketika pula gemintang bersuara
Memekik langit dengan gelegar suara
Suara-suara bernama rindu
Sesaat kemudian berlabuh pada jiwa-jiwa penuh rindu
Pun denganku,  juga kamu

Rindu kita satu

AN
Juli, 2014

Jumat, 20 Juni 2014

Edisi Hati

Biar cinta yang mengajari
Betapa berharganya sebuah hati
Juga tentang siapa yang diam-diam
Menyelinap di sanubari
Biar cinta yang mengajari
Bahwa naluri layak tersalurkan dengan jalan syar'i
Biar cinta yang ajari-
Tak selamanya diam itu berarti
Lalu, biar cinta yang kabari
Masih ada Sang pembolak-balik hati

-AN-
April, 2014

Rancu Memadu

Aku masih rancu
Ini
:benar atau salah pada diriku
Yang jelas, harapku satu
Kita dipertemukan pada satu waktu
Dalam ikatan padu

-AN-
Juni, 2014

Selasa, 03 Juni 2014

Inilah Ironi

Ini sebatas ironi
Tak pernah tahu akan berlabuh kemana
Ironi tak pernah menjelma
Ia menyisip hadir pada raut-raut tak berdosa
Bahkan ia bisa terpancar pada rona tanpa dusta
Demikian ironi
Tak pernah berbalas
Tak pernah berlabuh
Hanya sekadar kata
Tanpa tingkah belas kasih~

AN
Pakupatan, Juni 2014

Kamis, 29 Mei 2014

Tentang Kami dan Mereka

Aku tak akan gentar
Menghadapi imperealis yang semakin gencar
Dengan mata-mata nanar
Yang bergeliat, terselubung pada semak belukar
Sungguh,
Sampai di akhir zaman
Mereka tak akan pudar
Bersama misi brutal dan kriminal
Lekaslah kita, berteman tegar
Menyadarkan makhluk melanggar
Hingga  berjuang dengan sadar~

AN
Mei, 2014

(H-2 KIP Banten Barat)

Rabu, 28 Mei 2014

Gejolak Ambisi

Linang ini mengalir tanpa terlihat
Ada yang menggigit pada relung terdalam
Ada yang menggebu pada sukma tak bernama
Ada yang bergejolak di langit-langit harapan
Aku penuh sanksi,
Tapi merasa layak berambisi
Tak pernah aku pungkiri
Diri inilah hamba sejati
Sejatinya seorang hamba adalah taat
Taatnya hamba adalah tanpa maksiat
Tanpa maksiat ialah jalankan sesuai syara'
Di sudut-sudut kota
Telah aku dengar gempita
Telah aku saksikan jari-jari mengepal membara
Telah aku dapatkan kabar,
Tentang satu hal
Satu harapan dan satu tujuan
Sejatinya dunia kini gelap
Serta sejatinya juga mereka lah pelita
Pelita-pelita pembawa perubahan
Perubahan sejati,
Dan sebentar lagi
Akan menaungi kami
Allahurobbi....
Inilah diri, yang tetap percaya diri
Membawa risalah dan menjadikannya berjaya lagi.

AN
Masjid Untirta, Mei 2014

(H-3 KIP Banten Barat)

Jumat, 16 Mei 2014

KOALISI JELANG PILPRES: SEKADAR BAGI-BAGI KEKUASAAN


SERANGSpeak Up Your Mind (SPUM), acara mingguan yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbuta Tahrir Indonesia (MHTI) Chapter Kampus Kota Serang hadir kembali. Bertempat di saung FAPERTA (Faklutas Pertanian) UNTIRTA dari pukul 11.00-12.30 WIB. SPUM untuk edisi kali ini membahas tentang “Koalisi Jelang Pilpres: Sekadar Bagi-Bagi Kekuasaan”. Ayu sebagai MC mengungkapkan pertanyaan besar sebelum SPUM dimulai. “Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan koalisi yang akan dilakukan oleh para capres dan cawapres dari berbagai partai? Apa yang nantinya akan terjadi? Apakah benar-benar akan terjadi perubahan? Atau akan terjadi kehancuran seperti tahun-tahun sebelumnya?”
Jawaban-jawaban dari pertanyaan pengantar MC tersebut ada dalam pemaparan Choirunnisa (Icha) sebagai pemandu. Icha menjelaskan secara gamblang apa yang terselubung dari maksud koalisi pilpres yang akan diselenggarakan nanti. “Kita lihat saja, tanggal 18 Mei 2014 nanti akan dibuka pendaftaran untuk pilpres”, ujar Icha sebelum memandu acara lebih jauh. “Mengapa parati-partai harus berkoalisi untuk Pilpres? Karena suara yang di dulang dalam pemilihan legislatif  selalu kurang dari 20 persen”, Icha memaparkan latar belakang bisa terjadinya koalisi. Selanjutnya, Icha memaparkan “Dalam model koalisi parpol menunjukan dua karakter, yaitu memburu kekuasaan dan jabatan, serta menggalang suara. Hal yang paling dibutuhkan saat koalisi adalah suara terbanyak, untuk pembagian tugas maka itu urusan nanti. Selain itu, dalam koalisi parpol sama sekali tidak memerhatikan ideologi, yang ada hanya bagaimana cara memenangkan capres-cawapres yang mereka usung. Padahal dalam islam kekuasaan adalah amanah, dan amanah harus diberikan kepada orang yang menguasainya. Namun hal itu berbeda dengan koalisi yang saat ini sedang hangat-hangatnya tersiar di berbgai media.”
Di pertengahan acara, Echa selaku peserta bertanya “Pada hakikatnya tujuan politik bukankah memiliki tujuan yang sama? Jadi tidak ada perbedaan antara politik islam atau sekuler. Lagipula, jika parpol islam bergabung dengan parpol sekuler, bukankah hal itu adalah keputusan yang terbaik yang telah dipikirkan matang-matang?” Pertanyaan langsung dijawab oleh pemandu SPUM, “Ya memang begitu, tapi yang menginginkan Indonesia ini sejahtera siapa? Semua rakyatnya ingin Indonesia sejahtera. Hanya saja, yang dilakukan oleh oleh parpol-parpol sekarang sesuai dengan metode (thariqoh) Rasul apa tidak.” Lalu icha pun mengakahiri “bahwa politik dalam islam adalah yang mengurusi urusan umat, baik di dalam ataupun luar negeri. Bukan parpol seperti saat ini yang sibuk berkoalisi untuk menuruti para pemodal jika telah terpilih nanti.”
Sebelum acara SPUM diakhiri, MHTI Chapter Kampus Kota Serang mengajak para peserta untuk hadir pada acara KIP (Konfrensi Islam Peradaban) yang akan diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir. Acara KIP ini berlangsung di 69 kota di Indonesia. Tepat pada tanggal 1 Juni KIP akan dilaksanakan di GOR indoor Maulana Yusuf Ciceri-Serang dengan 3000 peserta yang akan hadir. Acara ini adalah bentuk kepedulian agar islam bisa diterapkan dalam nauangan Khilafah, dengan tema yang diusung “#IndonesiaMilikAllah, Saatnya Khilafah Mengganti Demokrasi dan Ekonomi Liberal. [AN]

Cinta Kita

Untuk cinta-Nya yang tak pernah kering bahkan kerontang
Jiwa ini akhirnya renta dan tak bersisa
Namun cinta-Nya indah melebihi senja
Lalu masih adakah diantara kita yang masih gemar berdusta?
Tak usah mengelak bahwa kita manusia
Seharusnya kita melayakan diri,
Demi membalas cinta-Nya yang tiada pernah mati~

-AN-
Mei, 2014

Sabtu, 03 Mei 2014

RENUNGAN UNTUK KITA: SEBUAH REFLEKSI DARI NASKAH DRAMA MALAM JAHANAM KARYA MOTINGGO BOESJE*



Naskah drama yang sebenarnya memiliki cerita hampir sama dengan Sayang Ada Orang Lain. Menceritakan masalah yang terjadi di dalam biduk rumah tangga. Konflik yang terjadi di dalam cerita Malam Jahanam dan Sayang Ada Orang Lain, hampir serupa, yaitu dengan hadirnya orang ketiga. Meski dalam cerita Malam Jahanam orang ketiga lebih jelas. Permasalahan biduk rumah tangga yang terlalu rumit dalam kisah ini. Hadirnya orang ketiga, sedangkan orang ketiga tersebut adalah sahabat dari suami itu sendiri. Belum lagi Paijah (istri) yang selalu merasa terbebani dengan sifat suaminya, karena sang suami lebih mencintai burung peliharaannya daripada mencintai istri dan anaknya sendiri. Wajarlah bila sosok Soleman (orang ketiga) bisa mengisi hati Paijah. Lebih parahnya, pasti kisah ini tidak hanya terjadi di dalam sebuah cerita. Melainkan terjadi di dunia nyata, sejak dulu sampai sekarang.

Setelah Membaca Naskah Malam Jahanam
Awal membaca kisah ini sebenarnya saya tidak mengerti cerita ini berkisahkan tentang apa. Sampai harus membaca dua kali, barulah saya mengerti apa yang ada dalam cerita ini. Rupanya, tentang perselingkuhan. Lantas, saya juga bertanya-tanya, mengapa harus diberi judul Malam Jahanam? Rupanya, ada tragedi malam hari yang sangat tak bisa termaafkan. Hanya karena seekor burung, Mat Kontan dan Soleman bisa ingin saling membunuh. Lalu, yang menjadi korban bukanlah diantara keduanya, melainkan Utai. Belum lagi, kasus perselingkuhan antara Paijah dan Soleman yang terkuak, yang mencuat dari pengakuan Soleman sendiri. Disebabkan anak yang ada bersama Paijah itu adalah anak kandung dari  Soleman, bukanlah anak dari Mat Kontan. Belum lagi Soleman memiliki masa lalu yang kelam. Ketika ayahnya ditembak mati lantaran selingkuh dengan istri polisi, ibunya pun juga tukang selingkuh. Baginya, sifat ayahnya itu adalah jahanam, dan ia pun menamai sifat yang melekat pada dirinya adalah jahanam. Alhasil, dirinya pun tak ingin memiliki istri karena takut kelakuannya akan sama seperti ibunya. Pertengkaran yang terjadi antara Mat Kontan dengan Soleman memang berawal dengan sengit, saling mencaci dan mengeluarkan kata-kata tak sopan. Namun, Mat Kontan memiliki hutang jasa kepada Soleman. Sebab Soleman lah yang menolongnya dari tragedi pasir hidup yang dahulu sempat akan merenggut nyawanya. Setiap kali, Mat Kontan diperdengarkan oleh Soleman mengenai masa lalunya itu, ia merasa tak kuasa dan seketika lemah.
Membaca naskah ini adalah hal yang ironi bagi saya. Rupanya kasus-kasus seperti ini tidak hanya terjadi di zaman sekarang, melainkan sejak dahulu. Tentu sajalah, ada sebuah cerita pasti karena ada kisah nyata yang terjadi. Saya tak pernah habis pikir saja, mengapa kisah seperti ini terus-menerus terjadi. Inilah degradasi moral yang terjadi pada masyarakat. Buah dari paham sekularisme; paham yang memisahkan kehidupan dan agama. Padahal, kalau seseorang sudah menanamkan agama pada dirinya, keluarga, masyarakat, dan negara, kisah-kisah seperti ini tidak perlu ada lagi. setidaknya hanya bisa dijadikan sebagai pelajaran atau arsip. Tidak lagi-lagi harus terulang. Kisah sama, dengan zaman dan pelaku yang berbeda. Sekali lagi, ini adalah hal yang ironi bagi saya.

Renungan Untuk Kita, Jadikan Refleksi
Merenung, adalah hal yang pantas untuk kita lakukan setelah membaca naskah drama ini. Setidaknya, kita bisa menggali apa yang mendasari mengapa cerita tersebut bisa sampai dibuat menjadi teks drama. Telah saya katakan di awal tadi, bahwasannya sebuah kisah pasti bisa terjadi karena sebelumnya pernah terjadi dalam kenyataan.
Lantas, apa yang seharusnya direnungkan? Biduk rumah tangga antara Mat Kontan dan Paijah yang semestinya layak untuk kita renungkan. Betapa tidak, membaca naskah ini merupakan suatu pelajaran berharga. Sebagai kaum pemikir, dan intelektual seharusnya kita jangan hanya menjadikan kisah tersebut hanya untuk dinikmati, melainkan juga untuk direnungkan.  Karena jika kisah-kisah yang dibaca hanya untuk direungkan, untuk apa pula kita memiliki otak dan akal. Sama saja kita tidak memfungsikan otak dan akal yang kita miliki, untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Dijelaskan dalam naskah bahwa Mat Kontan adalah pencinta burung, bahkan lebih mencintai burung daripada mencintai istri dan anaknya. Sehingga timbulah ketidaknyamanan bagi si istri karena menerima perlakuan suami yang demikian. Selain itu, Mat Kontan yang sering meninggalkan istrinya sendirian di rumah, sehingga jelas saja terjadi peluang untuk berselingkuh. Apalagi, menurut keterangan pada naskah drama, Mat Kontan adalah seseorang yang sebenarnya tidak bisa memiliki keturunan (mandul).
Semua itu terjadi karena tertanamnya nilai-nilai sekuler pada diri manusia. Maka dari itu, janganlah sampai kita bersikap demikian. Singkirkan nilai-nilai sekuler itu dari dalam diri kita. Semua itu bisa ditempuh dengan terus mengkaji islam, supaya kita sebagai calon ayah dan ibu bisa memahami bagaimana kewajiban dan hak seorang istri, atau pun suami. Saya yakin, jika setiap orang sudah mengjaki secara terus-menerus, tentulah kisah-kisah perselingkuhan tidak akan terjadi lagi.[]

*Oleh: Afnan Faizah
Sebagai tugas mata kuliah Apresiasi Drama
Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia UNTIRTA

Jumat, 02 Mei 2014

PERUBAHAN HAKIKI: TIDAK CUKUP DENGAN PERGANTIAN ORANG DAN REZIM*



Dalam catatan sejarah, Indonesia telah sebelas kali melaksanakan pemilu. Rezim pun telah berganti, dari masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi yang masih dipertahankan sampai saat ini. Selama pergantian rezim, serta pemimpin nampaknya Indonesia tidak menunjukan perubahan yang semakin membaik. Justru yang terjadi, semuanya malah menjadi terpuruk dan tentu jauh dari kata sejahtera. Padahal rezim telah runtuh dari satu rezim ke rezim yang lain, dan semuanya itu menuntut hal yang sama; yakni perubahan.
Pemilu yang telah dilangsungkan beberapa minggu lalu, seolah menjadi kepercayaan bahwa Indonesia akan lebih baik untuk lima tahun ke depan; khususnya. Masih banyak masyarakat yang masih percaya, bahwa dengan jalan pemilu lah Indonesia masih bisa selamat. Memang pemilu merupakan salah satu uslub (cara) yang boleh ditempuh dalam memilih seorang pemimpin. Akan tetapi, pemilu ini hanya dijadikan satu-satunya cara untuk pemerolehan kekuasaan.
Telah kita ketahui, bahkan telah menjadi rahasia umum. Bahwa calon legislatif telah banyak yang menjadi gila karena tidak terpilihnya untuk menduduki kursi legislatif. Tak sedikit juga para calon yang awalnya berniat tulus memberikan bantuan kepada masyarakat, tapi karena tidak terpilih orang tersebut menarik kembali pemberiannya. Tidak sedikit pula masyarakat yang buta akan hal ini. Akan tetapi semuanya sangat disayangkan, karena dengan fakta yang ada masyarakat masih mempercayai pemilu dalam sistem demokrasi seperti sekarang.
Saatnya Perubahan Hakiki: Bukan Orang, Bukan Rezim
Rezim telah berganti, rakyat selalu menuntut perubahan seiring bergantinya rezim. Orde Lama berganti menjadi Orde Baru, lagu berganti lagi menjadi Reformasi. Semua itu telah terjadi melalu proses yang panjang. Hanya saja sangat disayangkan, dengan proses yang panjang tersebut Indonesia bukan semakin maju tetapi malah semakin mundur. Belum lagi, pergantian orang yang setiap lima tahunnya terjadi. Menetapkan aturan yang tidak pro terhadap rakyat, melainkan pro terhadap dirinya sendiri (penguasa) dan pengusaha. Tidak dipungkiri, carut marut dan kebobrokan terlihat dari segala aspek.
Diantaranya adalah pada tahun 1967 DPR mengeluarkan UU PMA (Undang-undang Penanaman Modal Asing) bagi masuknya Freeport. DPR Pasca Reformasi pun menyempurnakan penguasaan asing di Indonesia melalui UU Penanaman Modal, UU Perbankan, UU Minerba, UU Migas, UU Sumber Daya Air, dll. Gunung emas yang terdapat di Papua, bukanlah lagi menjadi gunung semenjak dikelola oleh PT.Freeport, yang terjadi gunung tersebut berubah menjadi lembah yang amat dalam jika dilihat dari tampak atas. Lalu dari produksi minyak di Indonesia 90% nya dikuasai oleh asing, yakni Total (30%), Exxon Mobil (17%), Vico (BP-Eni Joint Venture, 11%), Conoco Phillips (11%), BP (6%), dan Chevron (4%) (sumber: Kementrian ESDM, 2008). Selanjutnya kasus yang tak pernah luput dari berita di televis adalah tentang nasib para TKW yang mengadu nasib di negeri orang. Ada yang sampai ingin di hukum mati, tapi kebanyakan dari penguasa hanya melakukan solusi secara parsial (sebagian). Belum lagi kemiskinan yang sangat kental di Indonesia, kemiskinan menjadi salah satu komponen yang sangat sulit terputus untuk kemajuan Indonesia. Menurut (Media Indonesia, 2006) 100 juta  (50%) penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut (BPS, 2009) angka pengangguran bertambah menjadi 113, 74 juta orang. Fakta tersebut telah diteliti beberapa tahun yang lalu. Bisa jadi untuk tahun sekarang angka-angka tersebut akan naik drastis. Karena sudah banyaknya totonan tentang keterpurukan rakyat yang ditayangkan di televisi. Tidak pernah ada celah sedikitpun, seseorang bisa aman dan nyaman untuk tinggal di negara ini.
Demokrasi merupakan sumber masalah dari semua ini. Demokrasi jelas telah menghasilkan orang dan rezim yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Demokrasi melahirkan orang-orang yang tidak memiliki hati nurani, pragmatis, dan ingin selalu untung. Indonesia memang telah berganti orang dan rezim sacara berulang-ulang. Akan tetapi sekali lagi, semua itu tidak menjadikan Indonesia semakin maju. Harusnya ada perubahan mendasar atas semua problematika yang terjadi pada negara ini. Perubahan solutif yang dapat mengentas segala keterpurukan yang terjadi. Perubahan yang bukan dari pergantian orang dan rezim. Memang, masih banyak orang baik di Indonesia ini, bahkan sangat banyak. Tapi dari kejadian-kejadian yang pernah terjadi, orang-orang baik tersebut tidak mampu untuk mewarnai. Yang ada mereka malah ikut terwarnai, dan ikut-ikutan menjadi tidak baik. Lantas, perubahan apa yang harusnya diusung sampai di terapkan oleh negara ini? Perubahan secara mendasar dan revolisioner, yakni merubah sistem demokrasi mengganti sistem islam. Seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah sebagai hamba Allah, harusnya berpikir bahwa hidupnya pun harus diatur sesuai dengan aturan-aturan yang telah diciptakan oleh-Nya. Bukan hanya pada aspek-aspek ibadah mahdah; seperti shalat, zakat, puasa, naik haji, dll. Melainkan mau diatur dengan aturan Allah pada bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, dll.
Allah SWT telah berfirman: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan   yang sempit.” (TQS. Thaha [20]: 124). Imam Ibn Katsir menjelaskan: “Allah  SWT berfirman, ‘Dan barang siapa yang berpaling dari peringatanku’ yakni menyalahi perintah (ketetapan)-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasulku, berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil yang lain sebagai   petunjuknyaa ‘maka baginya kehidupan yang sempit’ yakni dunia”.  
Saatnya perubahan sistem diwujudkan. Semua itu bisa diwujudkan melalui perjuangan dakwah, yang sesuai dengan thariqah (metode) dakwah Rasulullah saw. Inilah jalan yang haq, yang dijamin akan menghasilkan kemenangan hakiki dan tegaknya al-haq, yaitu penerapan syariah secara kaffah dalam naungan khilafah. “Dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (TQS. Al-An’am [6]: 153).


*Oleh Afnan Faizah
Mahasiswi semester.4 Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia UNTIRTA. 
Aktivis MHTI Chapter Kampus Kota Serang.

Sabtu, 19 April 2014

Selami Dunia dan Mimpimu

Aku masih ragu
Merangkai kata hingga padu
Juga mimpi hingga utuh
Semua ini karena kamu
Yang setip detik hadir
Bagai hantu
Lalu, apa kau tahu?
Diam-diam aku mau
Selami dunia juga mimpimu~

-af-
April, 2014

SILUET

Siluet bayang itu
Hadir ibarat hantu
Dan aku
Sungguh tak tahu malu
Tentangmu
Juga perkara waktu

-af-
April, 2014

Madu di Matamu

Biar aku
Mereguk madu
Pada matamu
Yang terus memburu~

-af-
April, 2014

Selasa, 11 Maret 2014

Saatnya Kita Ikhlas dan Sunguh-Sungguh

Siang hari kala itu, terik matahari tak menyengat seperti hari-hari biasanya. Bagaimana tidak? Sejak pagi, awan mendung sudah menghiasi langit Serang dan sekitarnya.
Selasa padat, mata kuliah penuh, sejak pagi hingga sore harus aku lalui. Pagi dengan mata kuliah Sintaksis, disambung dengan Pengelolaan Pendidikan, dan siangnya ada mata kuliah  Menulis1.
Bertempat di gedung Pascasarjana, aku dan teman-teman menimba ilmu menulis ini. Dengan dosen yang kocak, lucu, dan selalu menghiasi pertemuan dengan canda juga tawa. Beliau bernama Dr. Aceng Hasani, M.Pd.
Setiap pertemuan, ada saja ulahnya. Mengejek, menertawai, menyebut bahwa dirinyalah yang paling tampan. Semua prestasinya selalu diumbar dihadapan kami. Tanpa terkecuali. Bahkan kisah pertemuan dengan istrinya hampir setiap pertemuan beliau ceritakan.
Tapi hari ini ada yang lain. Ada sesuatu yang bisa aku ambil hikmah dari kata-kata yang beliau ucapkan. Tentang ikhlas dan sungguh-sungguh.
Beliau berpesan, "dalam menimba ilmu haruslah penuh keikhlasan dan kesungguhan. Jangan sampai mengharapkan apa-apa. Masalah kesuksesan, biarlah itu mengikuti saja. Jangan dijadikan tujuan utama. Kalau kita telah bersungguh-sungguh sejak saat ini, insyaAllah kesuksesan yang akan mengikuti ".

Tetap semangat! Jalan masih panjang! Hadirkan juga Allah dalam setiap rutinitas ^_^

Senin, 10 Maret 2014

Bersiap Menjadi Orator (Khilafah Mainstream Perjuangan Mahasiswa)

Beberapa minggu yang lalu, diadakan Kongres Mahasiswa Indonesia tepatnya 2 Maret 2014, di Gedung Sate Bandung.
Sangat disayangkan, saya hanya bisa melihatnya dari galeri foto di akun facebook. Karena teman-teman dari MHTI Chapter Kampus Kota Serang, tak mengirimkan personil.
Acara Kongres Mahasiswa Indonesia merupakan acara yang diadakan oleh Gema Pembebasan. Ini merupakan acara besar bagi mahasiswa. Mengapa? Karena mahasiswa adalah intelektual muda, nasib sebuah negara berada di genggaman mereka nantinya. Mahasiswa yang seperti apa? Mahasiswa yang muda, intelek, dan mau memperjuangkan islam, lalu menerapkannua secara kaffah dalam kehidupan tanpa terkecuali. Mencampakan sistem demokrasi, yang telah membuat umat semakin terpuruk.
Menindak lanjuti kejadian tersebut, maka setiap kota-kota di Indonesia melangsungkan acara Panggung Politik. Yang kegiataannya sama dengan Kongres Mahasiswa Indonesia. Yang inti temanya adalah "KHILAFAH MAINSTREAM PERJUANGAN  MAHASISWA". InsyaAllah panggung politik akan diadakan juga di Serang-Banten, dan saya mendapat amanah untuk menjadi orator ke-3.
Semoga perjuangan ini, akan segera membuahkan hasil. Karena janji Allah itu adalah pasti..

Allahu Akbar!

Rabu, 26 Februari 2014

Merancang Visi dan Misi Hidup

Hidup. Tak semudah yang kita kira, tak semanis yang dibayangkan, tak sepahit yang ditakutkan. Intinya, berjuang sajalah. Jadikan hidup ini berwarna, juga berarti. Allah pun telah memberi kita kesempatan untuk terus memperbaiki diri, dengan totalitas penghambaan kepada Sang Pencipta.
Mengenai hidup, aku jadi teringat kata-kata Jamil Azzani, yaitu "bila untuk merencanakan sebuah acara saja kita harus menyusun proposal yang sangat panjang juga detail, apalagi untuk urusan hidup kita. Tentunya apa yang kita rancang, harus melebihi susunan sebuah acara yang biasanya diadakan."
Memang benar apa yang dikatakan oleh beliau, terkadang kebanyakan dari kita menjalani hidup ini seperti air yang mengalir. Tak ada arah, terserah arus kehidupan ingin membawa kita kemana. Tapi perlu diketahui bahwasannya "air mengalir itu akan mengantarkan kepada tempat yang lebih rendah. Karena air selalu jatuh ke bawah."
Aku tak ingin, bila arus hidupku mengalir begitu saja seperti air. Sederas-derasnya air ia pun akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Setidaknya, aku ingin memiliki tujuan hidup yang jelas. Yang bermanfaat, supaya aku bisa terhindar dari sebuah kesia-siaan. Maka dari itu, aku rancang visi dan misi hidup dengan sepenuh hati.
Ini dia, beberapa visi dan misi hidupku yang telah aku buat:
Menjadi penulis, guru, pengemban dakwah, dan hafidzoh. Insyaallah bisa aku jalani secara bersamaan dengan manajemen waktu yang tepat. Menjadi penulis, adalah cita-citaku dari kecil yang insyaallah saat ini aku sedang berpropes menjadi demikian. Meski karya belum terbit, setidaknya aku sudah menyukai dan terbiasa dengan aktivitas menulis. Menjadi guru, mungkin hal tersebut adalah profesi yang paling aman bagi seorang wanita. Karena itu pula aku menjadikan profesi guru bagian dari visi dan misi. Menjadi hafidzoh, adalah sebuah mimpi besar yang baru inginkan kemarin. Aku ingin, nantinya anak-anakku bisa menjadi generasi penghafal Al-Qur'an, maka dari itu harus aku yang memulai, supaya kelak aku bisa mengajarkannya kepada anak-anak nanti. Menjadi pengemban dakwah, merupakan amanah yang sangat besar, juga hal sangat mulia. Itu semua berangkat dari rasa prihatinku terhadap yang terjadi di era sekuler dan dipayungi oleh kapitalisme seperti zaman sekarang. Maka dari itu, aku ingin mendobrak tentunya secara berjamaah, dan aku berada dalam perjuangan tersebut.
Berikut ini adah deskripsi dari mimpi-mimpiku:
1. Hafidzoh
Nahh.. Ternyata untuk mewujudkan sebuah mimpi itu (cita-cita) diperlukan sebuah proses. Karena aku ingin menjadi hafidzoh, maka aku harus membuat program one day one juz (satu hari satu juz), disusul dengan hafalan setiap shubuh, juga muraja'ah kepada orang (perempuan) yang hafalannya sudah lebih banyak daripadaku..
2. Penulis
Sebenarnya beberapa cara untuk membiasakan menjadi penulis sudah aku mulai sejak lama. Tapi masih belum bisa komitmen menjalani semua itu. Maka dari itu, aku pun membuat lagi seperti gambar di atas. Untuk menjadi penulis, aku harus terus terbiasa membiasakan diri dengan menulis. Diantaranya: menulis 2puisi dalam 1hari, menulis 1cerpen per hari, dan 1artikel setiap 2hari.
3. Pengemban Dakwah
Untuk menjadi pengemban dakwah (insyaallah) maka aku harus mengisi rutinitasku dengan agenda-agenda dakwah. Diantaranya mengkiuti perhalaqohan setiap satu minggu sekali, gempur buletin Al-Islam setiap satu minggu sekali, mengisi kajian, lalau dibarengi dengan update tsaqofah islam (baca buku, buka web, dll).
4. Guru
Menjadi guru, alhamdulillah sekarang aku telah menjadi guru. Padahal seperti baru kemarin aku merasakan bangku SD, dan sekarang malah aku yang mengajar murid-murid sd. Aku bisa dikatakan menjadi guru borongan, diantaranya saja guru TPQ setiap Senin-Jum'at 16.00-17.00. Guru privat SD setiap Sabtu dan Senin 13.00-15.00. Guru privat calistung (baca tulis hitung) setiap Rabu dan Kamis pukul 17.00-18.00, dan menjadi guru ngaji setiap habis maghrib kecuali malam jum'at.

Semoga apa yang telah aku tetapkan dan aku rencanakan, tidak sampai membuatku lalai.. Dan ke depannya menjadi lebih baik, lebih, lebih, dan lebih dalam kebaikan. -Amiin-


Selasa, 18 Februari 2014

Satu Tahun Mengajar

Senang, haru, lelah, capek, marah, semuanya pernah aku rasakan. Bagaimana tidak? Satu tahun bersama mereka, adalah moment yang berhasil menyisakan kenangan. Aku masih ingat, pada 11 Februari 2013, aku mantapkan tekadku untuk mengajar. Bukan menjadi guru umum, melainkan jadi guru ngaji. Jadi guru agama. Yang semua orang pasti sudah tahu, bahwa guru tidak mungkinlah berpenghasilan besar. Paling-paling uang yang diterima setiap bulan, hanya cukup untuk membeli beras satu minggu. Yaahh.. Begitulah, kalau mengajar bukan dari hati, siapa juga yang ingin menerima gaji seperti demikian.
Dulu, aku hanya ingin bisa mengajar. Tak lebih dari itu, sampai-sampai aku harus bisa menguasai kelas dengan macam-macam kepribadian. Ternyata hal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Butuh proses yang panjang dan lama sekali.. Sampai akhirnya mereka (murid-muridku) mengakui keberadaanku, dan sedikitnya mereka telah menyayangiku.
Seiiring berjalannya waktu, ada sebuah ikatan batin antara kami. Kalau satu hari saja aku tak masuk, mereka seperti anak yang kehilangan induknya. Padahal sejauh ini, aku tak pernah melakukan apa-apa. Selain berusaha menyayangi mereka seperti anak sendiri, dan mencoba sabar serta ikhlas dengan berbagai kekurangan yang mereka miliki. Aku tak pernah memberikan hadiah atau apapun itu. Hanya saja senyum setulus mungkin, ketika melihat wajah-wajah mereka datang dan pulang. Bersama mereka aku menghabiskan waktu pada setiap penghujung senja. Ah.. Mereka seolah nyawa yang amat tak terkira.
Banyak hal yang dilalui. Sebagai guru, aku terus berusaha memberikan terobosan-terobosan baru agar mereka tidak bosan ketika belajar. Misalnya saja, aku pernah membuat panggung dari meja, dan aku suruh mereka satu per satu untuk maju. Menghafal surat-surat pendek. Mereka tampak malu awalnya, tapi setelah mereka maju meski berpasangan, mereka seolah menjadi pribadi yang sangat hebat. Karena posisi yang lebih tinggi dibanding teman-temannya.

Tanpa terasa, satu tahun itu bergulir dengan cepat. Aku masih merasa kurang untuk menjadi guru yang baik. Insyaallah ke depannya, aku kan menjadi lebih baik dari ini. Terus memperbaiki diri atas segala kekurangan yang aku miliki. Aku ingin berterimakasih kepada mereka, yang telah malatih kesabaranku juga kedewasaanku.
Kepada Eva, Rida, Mita, Silvi, Tiara, Tias, Nunik, Sari, Nanda, Ubed, Bani, Gilang, Fikri, Dava, Aldi, Hafid, Yahya, Rama, dan Bagus. Umi mohon maaf, kalau Umi ada salah. Makasih juga buat kalian udah mengajarkan segalanya untuk umi.. :)
Itu hanya sedikit cerita yang mampu aku bagi, dan hanya sekadar ungkapan hati...
Alhamdulillah, rasa syukur ini tak terbendung.. Semoga kelak, kalian bisa menjadi manusia-manusia unggul bagi agama dan negara (insyaallah Khilafah). -Amiiin-